Sobat KABAR setia, yuk kita simak bagaiamana wawancara antara Edy Zaqeus dari Pembelajar.com dengan penulis hebat kita Bang Andrea Hirata. Berikut
cuplikannya:
Sejumlah pembaca Laskar Pelangi
mengaku novel ini menyegarkan sekaligus mengharukan. Ide apa yang
melatarbelakangi penulisan novel ini?
Buku Laskar Pelangi (LP) pada awalnya bukan untuk
diterbitkan. Niat saya untuk menulis buku ini sudah ada sejak saya kelas 3 SD,
ketika saya demikian terkesan pada jerih payah kedua guru SD saya Ibu Muslimah
dan Bapak Harfan Effendi, serta 10 sahabat masa kecil saya, yang disebut
Kelompok “Laskar Pelangi”. Buku LP saya tulis sebagai ucapan terimakasih daan
penghargaan kepada guru dan sahabat-sahabat saya itu. Seorang teman, tidak
sengaja
menemukan draft buku itu di kamr kos saya, dan diam-diam mengirimkannya
pada penerbit. Sampai hari ini saya masih heran ternyata buku LP masih
merupakan buku laris, dan telah dicetak tiga kali dalam waktu tujuh bulan. LP
adalah novel pertama saya.
Dalam Laskar
Pelangi terdapat lebih dari sepuluh karakter tokoh. Bukankah
tidak mudah mengeksplorasi seluruh karakter tersebut?
Banyaknya karakter dalam LP merupakan salah satu kesulitan
terbesar dalam menulis buku itu. Terutama memberi peran yang seimbang untuk
setiap karakter. Karena karakter sahabat-sahabat saya yang unik. Saat ini saya
sudah didekati beberapa produser untuk memfilmkan LP. Namun banyaknya karakter
ini juga merupakan kesulitan bagi mereka. Barangkali berhubungan dengan budget.
Saya rasa, saya dapat mengatasi persoalan menyeimbangkan peran setiap karakter
dengan fokus kepada karakter Lintang dan Mahar.
Soal latar belakang dan lokasi kejadian, Anda cukup
detail dalam novel ini… Semua nyata?
LP adalah sebuah memoar, oleh karena itu semua karakter dan
kejadiaanya adalah nyata. Cara menulis saya memang cenderung detail, karena
saya tertarik memberi gambaran yang filmis pada para pembaca.
Anda butuh survei data untuk penulisan novel ini?
Tentu saja, tetapi saya terbantu karena LP adalah memoar,
artinya saya sudah memiliki informasi yang mengendap di kepala saya. Riset yang
paling intensif adalah saya harus mengkonfirmasikan lagi beberapa hal yang
berkenaan dengan Biologi, Fisika, dan Kimia waktu mendeskripsikan karakter
Lintang yang jenius. Juga ketika mendeskripsikan anatomi kandungan material
tambang di Belitong.
Menurut Anda, apakah sosok-sosok seperti Lintang ini
banyak jumlahnya dalam kehidupan nyata?
Saya kira banyak … tetapi tidak terdeteksi, ter-manage,
dan terabaikan.
Sejumlah pembaca Laskar Pelangi
mengaku merasa kurang puas dengan ending novel
ini. Sosok Lintang yang jenius hanya berakhir sebagai seorang pekerja kasar.
Penjelasan Anda?
Saya mengerti pembaca menginginkan ‘pahlawan’, dan pembaca
menginginkan ‘pahlawan’nya selalu menang dan hepi. Itulah kecenderungan orang
terhadap fiksi atau karya-karya khayal. Tetapi LP adalah memoar. Dan itulah
hidup dalam dunia nyata. Saya rasa pembaca dapat membedakan hal ini. Nasib
Lintang begitulah adanya ….
Sekarang soal proses penulisan novel perdana Anda
ini. Berapa lama Anda selesaikan novel ini?
Tiga minggu. Meskipun banyak yang mempertanyakan hal
tersebut. Sampai dalam suatu forum milis dikatakan saya menulis dalam keadaan trance,
di luar kemampuan saya. Apalagi mengingat novel itu sangat tebal 529 halaman.
Dan saya tidak memiliki latar belakang sastra. Ini merupakan novel saya yang
pertama. Namun kembali saya ingatkan LP adalah sebuah memoar. Oleh karena itu,
setiap lembarnya sudah ada di kepala saya sejak lama.
Kapan saat-saat paling menyenangkan untuk menulis?
Kapan saja di luar jam kerja saya sebagai seorang pegawai
BUMN. Saya saat ini bekerja di TELKOM. Dan saya berusaha mendidik diri saya
sendiri untuk tidak tergantung pada mood. Saya kadang-kadang
beranggapan bahwa mood adalah excuse bagi kemalasan.
Sekali duduk, biasanya berapa lembar bisa ditulis?
Bisa mencapai puluhan lembar. Saya kesulitan untuk berhenti
jika sudah mulai menulis. Menulis menjadi kawan insomnia saya…
Apa hambatan terbesar yang Anda temui?
Keterbatasan waktu dan kondisi fisik yang tidak mampu
menampung membludaknya ide dalam kepala saya.
Cara mengatasinya?
Saya mulai belajar untuk me-manage waktu dengan
baik.
Bagaimana Anda menempatkan peran imajinasi dalam novel
ini?
Novel adalah sebuah karya sastra, dan sastra tidak dapat
dipisahkan dengan imajinasi. Imajinasi dalam LP tidak dimanifestasikan dalam
bentuk mereka-reka karakter dan kejadian, tetapi di dalam cara menceritakan.
Ini novel debutan Anda. Menurut Anda, hal mendasar
apa yang harus dikuasai oleh seorang penulis pemula saat membuat sebuah novel?
Saya orang yang belajar untuk menghargai semua genre tulisan
sastra. Baik itu apa yang orang sebut chiklit, atau teenlit.
Karena saya tahu menulis itu tidak mudah. Maka saya tidak punya pandangan
tentang hal mendasar dalam teknis menulis. Pandangan saya adalah mengenai
apresiasi. Dalam hal ini saya rasa karya dari seorang penulis bukan hanya
persoalan bagaimana masyarakat akan menghargai tulisannya, tapi bagaimana ia
sebagai penulis akan menghargai dirinya sendiri. Artinya, jika ia menghargai
dirinya sendiri, hendaknya ia menulis sesuatu yang memiliki integritas. Tidak
melulu patuh pada tuntutan pasar.
Apakah penulis pemula sudah harus menemukan ciri
khasnya sendiri atau malah meniru penulis yang sudah sukses?
Menemukan ciri dalam menulis bukan persoalan gampang. Bahkan
penulis yang sudah kawakan tak jarang tak kunjung memiliki identitas. Apalagi
penulis yang baru. Namun penting sekali bagi seorang penulis untuk tidak
meniru-niru orang lain.
Menurut Anda, definisi penulis yang sukses itu
seperti apa?
Penulis yang sukses bagi saya adalah penulis yang mampu
menggerakkan pembacanya untuk melakukan hal-hal yang luhur setelah membaca
bukunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar